Merdeka.com - Effendi (54), salah satu korban kecelakaan KRL commuter jurusan Serpong-Jakarta dengan truk tangki BBM Pertamina masih ingat betul bagaimana detik-detik sebelum kecelakaan terjadi. Pasalnya, wanita yang mengalami luka bakar di bagian kaki kanan itu berada tepat di belakang masinis di gerbong depan.
Wanita yang naik dari Stasiun Pondok Ranji itu menceritakan, kurang dari sepuluh detik, asisten masinis sempat membuka pintu sekat antara ruang masinis dan penumpang. Dan di saat pintu terbuka itu, dirinya melihat ke arah kaca masinis dan melihat truk tangki menghalang lajur KRL.
"Lima detik habis asisten masinis itu kasih tahu saya bakal ada tabrakan 'hati-hati bu, mau tabrakan' habis itu terjadi lah tabrakan," cerita Effendi kepada merdeka.com, yang dirawat di ruang Kenanga 402, Rumah Sakit Dr Suyoto Pusrehab Kemhan, Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (9/12).
Ibu rumah tangga ini menambahkan, meski pun telah melihat adanya truk yang menghadang di depannya, baik masinis maupun asistennya tidak terlihat panik. Mereka tetap diam di ruang masinis seolah siap menghadapi maut.
"Seharusnya kan, pas sudah dari jauh lihat ada truk, bisa saja mereka lari ke belakang buat nyelamatin diri. Tapi ini kan enggak. Mereka tetap diam di ruangannya. Mungkin mereka tidak mau penumpang lain panik," tuturnya.
Sesudah terjadi tabrakan tersebut, wanita paruh baya itu mengingat persis saat dirinya melihat kobaran api mengelilingi seluruh gerbong depan melalui jendela. Meski demikian, api tidak berhasil masuk ke dalam gerbong.
"Cuma ada asap hitam yang masuk. Api tetap di luar."
Setelah KRL menabrak truk dan badan gerbong miring, Effendi menceritakan kalau dirinya sempat tertindih oleh penumpang yang lain. Namun beruntung, dirinya bisa melepaskan diri.
"Habis tabrakan itu, suasananya kacau. Ada sekitar lima menit saya ketindihan sama penumpang-penumpang lain," ujarnya.
Effendi dan penumpang lain yang berada di gerbong depan berhasil keluar melalui jendela yang telah dopecahkan. Saat kecelakaan terjadi, pintu gerbong tidak terbuka.
Meski mengalami kecelakaan yang besar, Effendi mengaku tidak trauma untuk menaiki KRL. Menurutnya musibah kecelakaan bisa terjadi di mana saja.
0 komentar:
Post a Comment